script src="http://raxterblog.googlecode.com/files/bintangberjatuhan.js">

Minggu, 24 Maret 2013

Perkembangan Ilmu Sosiologi

Kapankah sosiologi lahir?
sosiologi lahir sebagai ilmu yang mempelajari tentang masyarakat, baru muncul pada abad ke- 19, yang dipopulerkan oleh seorang filosof Prancis yang bernama Auguste Comte (1798–1857).
Di dalam bukunya Course De Philosophie Positive, ia menjelaskan bahwa untuk mempelajari masyarakat harus melalui urutan-urutan tertentu, yang kemudian akan sampai pada tahap akhir yaitu tahap ilmiah.
Gagasan Comte mendapat sambutan luas, terbukti dengan munculnya sejumlah ilmuwan di bidang sosiologi. Mereka antara lain, Pitirim A. Sorokin, Herbert Spencer, Karl Marx, Emile Durkheim, George Simmel, dan Max Weber.
Mereka semua berjasa dengan memperkenalkan berbagai pendekatan untuk mempelajari masyarakat yang sangat berguna bagi perkembangan sosiologi.
Pendekatan yang mereka kemukana adalah sebagai berikut:
  1. Herbert Spencer, mempekenalkan pendekatan analogi organik.
  2. Karl Marx, memperkenalkan pendekatan materialisme dialektis.
  3. Emile Durkheim, memperkenalkan pendekatan fakta sosial.
  4. Max Weber,, memperkenalkan pendekatan tindakan sosial.
Sosiologi merupakan salah satu cabang ilmu sosial. Adapun yang dimaksud dengan ilmu sosial ialah keseluruhan disiplin ilmu yang berhubungan dengan manusia, yang di dalamnya terdapat unsur dalam membentuk kehidupan masyarakat dan budaya
Pada awalnya sosiologi merupakan bagian dari filsafat sosial. Hal ini disebabkan karena pada saat itu pembahasan tentang masyarakat hanya berkisar pada hal-hal yang menarik perhatian umum saja, seperti perang, konflik sosial, dan kekuasaan dalam kelas-kelas penguasa.
Latar belakang sosial lahirnya sosiologi adalah perubahan masyarakat di Eropa Barat akibat revolusi industri di Inggris dan revolusi Prancis yang berlangsung pada akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19.
Jika pada masa feodalisme sebelum revolusi Prancis masyarakat terkotak-kotak dalam lapisan-lapisan sosial yang sangat membatasi ruang bagi lapisan sosial yang lebih rendah, setelah revolusi diharapkan semuanya bisa berubah.
Akan tetapi, apa yang diharapkan masyarakat tidak menjadi kenyataan. Dalam masyarakat timbul anarki (situasi tanpa aturan) dan kekacauan yang lebih besar setelah revolusi Prancis. Di samping itu, timbul kesenjangan sosial antara golongan kaya dengan golongan miskin. Kelas-kelas sosial bukannya dihapus, melainkan semakin nyata.
Atas dasar ini, Comte menyarankan agar penelitian tentang masyarakat perlu ditingkatkan menjadi sebuah ilmu yang berdiri sendiri dengan penelitiannya yang didasarkan pada metode ilmiah. Dari sinilah lahir sosiologi sebagai ilmu yang paling muda dalam ilmu-ilmu sosial
Istilah sosiologi dipopulerkan Comte dalam bukunya yang berjudul Cours de Philosophie Positive (1830), yang dalam buku tersebut dijelaskan bahwa objek sosiologi adalah manusia atau masyarakat secara keseluruhan. Dengan demikian, Auguste Comte bisa dikategorikan sebagai salah satu pendiri sosiologi sehingga dikenal sebagai Bapak Sosiologi.
Apakah sosiologi merupakan ilmu pengetahuan?
Sebuah pengetahuan dikatakan sebagai ilmu apabila mengembangkan suatu kerangka pengetahuan yang tersusun dan teruji yang didasarkan pada penelitian ilmiah.
Sebuah pengetahuan dikatakan sebagai ilmu apabila mengembangkan suatu kerangka pengetahuan yang tersusun dan teruji yang didasarkan pada penelitian ilmiah.
Sumber ilmu pengetahuan adalah philosophia (filsafat). Dari filsafat itu lahir tiga cabang ilmu pengetahuan, yaitu:
  1. Natural Sciences (ilmu-ilmu alamiah), seperti: fisika, kimia, biologi, botani, astronomi, dan sebagainya.
  2. Social Sciences (ilmu-ilmu sosial), seperti: sosiologi, ekonomi, politik, sejarah, antropologi, psikologi sosial, dan sebagai-nya.
  3. Humanities (ilmu-ilmu budaya), seperti: bahasa, agama, kesu-sastraan, kesenian, dan sebagainya.
Sosiologi memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
  1. Empiris, yaitu penelitiannya tentang masyarakat didasarkan pada hasil observasi (pengalaman).
  2. Teoretis, dibangun dari konsep-konsep hasil observasi dan logis serta memiliki tujuan untuk menjelaskan hubungan sebab–akibat.
  3. Kumulatif, yang teorinya dibangun berdasarkan teori-teori sebelumnya dengan tujuan memperbaiki, memperluas, dan memperhalus teori lama.
  4. Nonetis, dilakukan bukan untuk mencari baik buruknya suatu fakta, melainkan menjelaskannya secara analitis.
Dengan ciri-ciri tersebut maka sosiologi memenuhi kriteria keilmuan. Sehingga dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sosiologi merupakan ilmu pengetahuan. Secara ringkas konsep-konsep dasar sosiologi yang di masyarakat ialah :
a.       Perubahan sosial
b.      Ketertiban dan Pengendalian sosial
c.       Sosialisasi
d.      Organisasi Sosial
e.       Mobilitas sosial
f.       Masalah-masalah Sosial.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar